Rangkuman materi lengkap| buku Social Media and Public Relations: Fake friends and powerful publics

  

 •Pembahasan
 Social Media & Public Relations: Fake friends and powerful publics (2016)

memberikan pemahaman tentang peran Public Relations (PR) dalam media sosial, melalui berbagai eksplorasi. Di dalam Pimtar ini, Anda akan memperoleh insight bagaimana media sosial membentuk kembali konsep inti, strategi, dan praktik public relations.

Siapa penulis buku ini?

Judy Motion adalah Profesor bidang Komunikasi pada University of New South Wales, Australia. Dan, Robert Health adalah Profesor Emeritus di University of Houston, USA.

Sedangkan, Shirley Leitch adalah Dekan dan Profesor bidang Komunikasi di Australian National University.

Untuk siapa buku ini?

Siapapun yang memiliki ketertarikan pada bidang komunikasi, public relations dan media sosial

Apa yang dibahas buku ini?
Memahami peran public relations dalam media sosial

Media sosial telah membuka kemungkinan-kemungkinan baru dan semakin menjadi perhatian bagi praktisi public relations dan akademisi. Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan Anda, namun belum sepenuhnya dipahami dampaknya pada public relations (hubungan masyarakat).

Buku ini akan meningkatkan pemahaman Anda tentang peran public relations dalam media sosial, dimana media sosial membentuk kembali konsep, strategi, taktik dan praktik public relations. Konsep tersebut mencakup autentisitas, power, pengetahuan, social capital, dialog, relationships, sharing, meaning, transparansi, dan lain sebagainya.

Beberapa insightmenarik yang Anda pelajari dari buku ini antara lain:

bagaimana memahami peran media sosial dan public relations;
apa kelebihan dan kelemahan dari setiap platform dan network;
mengapa Anda perlu membangun identitas organisasi, transparansi, power dan autentisitas;
bagaimana membangun engagement dengan one-way, two-way, every-way; dan
kenapa perlu melindungi diri Anda dariisu privasi dan regulasi.
 Ledingham & Bruning (1999) menginterpretasikan public relations sebagai upaya membangun hubungan strategis dan proses manajemen. Heath (2001) mengidentifikasi tiga paradigma dominan pada public relations, yakni manajemen adaptif, keterlibatan percakapan/ pidato, normatif/ kritis/ etis.

Konseptualisasi tersebut dapat diterapkan dalam memahami peran PR dalam media sosial. Seperti diketahui bahwa terminologi media sosial terus berubah sebagaimana teknologi kian berkembang dan praktik-praktik berubah.

Gagasan tentang media sosial diasosiasikan dengan fenomena media digital baru seperti blog, situs social networking, location-based services, microblogs, situs berbagi foto dan video, dimana para pengguna dapat berkomunikasi satu sama lain, menciptakan danmembagikan konten secara online melalui perangkat mobile maupun komputer.

Makna sosial dari teknologi digital dibentuk oleh bagaimana hal tersebut tertanam ke dalam kehidupan sosial. Media sosial secara fundamental merupakan ruang untuk menjalin koneksi dan bercakap-cakap dengan orang lainnya.

Jadi sangat penting untuk dipahami bahwa media sosial bukan mengacu pada tipe teknologi, melainkan refleksi dari penggunaan teknologi.

Engagement yang tepat dalam media sosial tergantung pada pemahaman akan aturan, keterjangkauan dan budaya dari social media networks. Pemahaman pada transofrmasi kultural yang dibentuk oleh media sosial merupakan hal yang penting dan esensial bagi public relations.

Pemahaman media sosial sebagai arena bercakap-cakap dengan keterjangkauan tertentu dan budaya ekspresif, memiliki implikasi signifikan pada public relations.

Intervensi public relations dalam media sosial memiliki sejumlah resiko, karena dapat dipersepsikan berbeda dan bisa menjadi sasaran serangan publik. Itulah sebabnya dibutuhkan kemampuan mengelola dan mengontrol komunikasi pada media sosial.

Pertimbangan fundamental bagi organisasi untuk tetap aman secara etika dan hukum, yakni perlu memperhatikan 3 poin penting;

membutuhkan kejujuran dan keterbukaan di media sosial,
monitor percakapan dan mengoreksi pernyataan yang keliru, dan
ciptakan aturan dan kebijakan media sosial serta program pelatihan.

Setiap platform dan network memiliki keterjangkauan dengan kelebihan dan kekurangannya
Keterjangkauan dari setiap platform atau network, memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.Pertama, social networks, misalnya Facebook dan Google+, merupakan situs web untuk membangun hubungan sosial antara orang-orang yang berbagi minat, aktivitas dan koneksi.

Kelebihan dari social network,yakni menawarkan peluang penting bagi individu dan organisasi untuk meningkatkan jangkauan komunikasi.

Kehadiran social networks bagi organisasi dapat membantu membangun loyalitas konsumen dan advocacy sebagaimana mendorong traffic menuju platform seperti website. Social network juga dapat meningkatkan presensi pencarian organisasi melalui tautan langsung dan tidak langsung (direct & indirect links).

Namun, Kelemahansocial networks dimiliki oleh pihak ketiga, dimana alasan utamanya untuk mendapatkan uang dari investasi mereka.

Kedua, microblogging, merupakan jenis layanan web yang memungkinkan pengguna mempublikasikan pesan, update, dan berdiskusi. Contohnya: twitter, sina weibo (China).

Kelebihan dari microblogging, yakni engagements dapat menjadi lebih cepat, mudah dan menjadi lebih banyak ruang berbicara. Sedangkan, kekurangannya adalah keterbatasan dalam penyampaian gagasan karena konten dibatasi 140 karakter.

Ketiga, video services, yakni video-hosting atau sharing web sites yang memungkinkan pengguna mengunggah, melihat, memberikan komentar dan membagikan konten video.

Contohnya: Youtube, Vimeo, Instagram. Kekuatannya, kesempatan berdialog dan interaktif lebih besar. Kelemahannya, durasi biasanya dibatasi misalnya Vimeo membatasi jumlah video yang diunggah setiap minggunya, begitupun juga Instagram yang membatasi durasinya.

Keempat, professional networking, layanan yang berfokus pada interaksi dan hubungan bisnis. Contohnya: Linkedin. Kelima, photo services, layanan berbagi visual (foto dan video). Contohnya: Pinterest, Flickr, Instagram.

Keenam, bookmarking & aggregation sites, seperti berita berdasarkan rekomendasi, layanan entertainment dan social networking. Contohnya: Reddit, StumbleUpon.

Ketujuh, apps, yakni software aplikasi. Meskipun apps dipahami secara umum sebagai information retrieval atau entertainment computer program yang dirancang untuk perangkat telepon, apps juga menawarkan social networking. Contohnya: Google maps, Skype, TripAdvisor.

Cara membangun identitas organisasi, transparansi, power,dan autentisitas
Secara keseluruhan, media sosial dilihat sebagai medium ideal untuk mengkomunikasikan identitas organisasi dan untuk membangun social capital yang diasosiasikan dengan identitas tertentu.

Melegitimasi gagasan dengan membangun truth (kebenaran) tentang fakta atau perspektif tertentu berada pada ‘jantung’ praktik public relations.

Terdapat tiga dimensi inti penting terkait truth (kebenaran) yang harus dipahami dalam media sosial, yakni transparansi, power/ knowledge dan autentisitas.

Karakteristik yang paling melekat pada public relations, salah satunya yakni kode etik profesi, yang menekankan kejujuran, kebenaran dan transparansi. Satu profesi tapi memiliki beberapa codes of conduct. Contohnya PRSA (Amerika), CIPR (UK), PRIA (Australia.

Di era informasi yang overload ini, meluncurkan volume informasi dalam jumlah besar tidak bisa disamakan dengan komunikasi yang transparan. Difusi power/ knowledge melalui jaringan komunikasi berarti memikirkan kembali public relations sebagai engagement dalam aliran komunikasi daripada aktivitas yang terkendali dan tersentralisasi.

Dimensi ketiga, yakni autentisitas merupakan yang palingmenantang bagi public relations. Autentisitas dalam konteks media sosial memiliki sejumlah makna, tapi mau tidak mau melibatkan beberapa bentuk self-presentation.

”Media sosial meletakkan publik sebagai inti public relationsdan market sebagai inti dari marketing.”

                               By :chris brogan"
Teknik membangun engagement dengan one-way, two-way, every-way
Meskipun kita memiliki kontrol terhadap media sosial dimana kita berpartisipasi, upaya public relations mendorong kita untuk terlibat dan berkoneksi dalam beragam platform, situs, dan networks. Produksi konten melalui storytelling dan teknik percakapan merupakan bagian vital bagi public relations dalam media sosial.

Partisipan harus dapat mempersepsikan arti cerita dan perbincangan. Bukanlah arah komunikasi saja yang penting, tetapi juga maksud dan makna yang terkandung dalam pesan atau cerita yang disampaikan.

Model one-way dan two-way dalam komunikasi, merupakan cara tradisional. Secara normatif, model two-way merupakan pendekatan terbaik dalam public relations. Salah satu masalah dengan konsep two-way ialah adanya interaksi yang tidak betul-betul berkomunikasi.

Sebagai contoh, politisi menggunakan media sosial untuk memberitahukan masyarakat tentang program dan aksi yang dilakukan. Ini cenderung lebih pada pernyataan bukan dialog.

Teori engagement sangat bermanfaat dalam mengatasi kekurangan dari model directional (one-way, two-way, every-way). Titik utama dari pendekatanengagementini adalah gagasan bahwa public relations dalam beberapa cara harus terhubung dengan media sosial publik, engage dengan minat dan respon mereka.

Media sosial merupakan ‘kendaraan’ ideal bagi public engagement. Kesadaran dan keterjangkauan audiens semakin luas. Potensi dari jangkauan media sosial juga menunjukkan kekuatan (power).

    Pentingnya melindungi diri Anda dariisu privasi dan regulasi
Media sosial, utamanya ialah tentang group/ kelompok, daripada individu. Untuk alasan inilah, media sosial didayagunakan oleh organisasi melalui public relations dan marketing.

Public relations memiliki peran besar dalam merancang engagement dan dalam mempromosikan praktik komunikasi yang melindungi semua pihak.

Data personal merupakan aset berharga, dan aset terbesar, yang dimiliki situs internet. Bagi praktisi public relations, menggali data tersebut dapat membantu rancangan kampanye komunikasi dan konstruksi pesan yang mampu beresonansi pada publik.

Hal tersebut juga memampukan organisasi untuk terhubung, tidak hanya dengan individu tetapi dengan seluruh jaringan orang-orang yang berbagi minat dan koneksinya.

Facebook memberikan contoh jelas antara tujuan dan ekspektasi dari pengguna individu media sosial dan mereka yang merupakan entitas komersil.

Pengguna mendapatkan akses bebas pada Facebook, yang memungkinkan mereka untuk berbagi gagasan, pemikiran, foto, lokasi, dan banyak lagi. Sebaliknya, Facebook mendapatkan akses pada informasi personal para penggunanya.

Internet bersifat global dan begitupula media sosial. Namun belum ada perjanjian global tentang regulasi internet atau tentang isu privasi data yang berdampak pada public relations, melalui media sosial.

Salah satu yang sering digunakan sebagai regulasi terkait privasi ialah Article 17 of the United Nations’ International Covenant on Civil and Political Rights.

“Segala hal yang Anda posting pada media sosial berdampak pada personal brand Anda.”
                            By Lisa Horn".

                     Kesimpulan buku
Kehadiran social networks bagi organisasi dapat membantu membangun loyalitas konsumen dan advocacy.
Media sosial dilihat sebagai medium ideal untuk mengkomunikasikan identitas organisasi dan untuk membangun social capital yang diasosiasikan dengan identitas tertentu.
Terdapat tiga dimensi inti yang harus dipahami dalam media sosial, yakni transparansi, power/ knowledge dan autentisitas.
Produksi konten melalui storytelling merupakan bagian vital bagi public relations dalam media sosial.
Public relations memiliki peran besar dalam merancang engagement dan dalam mempromosikan praktik komunikasi yang melindungi semua pihak.

     ' Terimakasih sudah membaca artikel ini semoga bermanfaat untuk kalian semua!

Comments

Popular posts from this blog

DANIEL GOLEMAN {FOCUS}

Kunci Berinvestasi | Ringkasan Buku (Warren Buffett’s) Ground Rules Ditulis Oleh (Jeremy C. Miller)

Review buku sejarah dunia yang disembunyikan karya (Jonathan Black)